YAYASAN LESTARI ALAM KITA

Pemanfaatan Open Street Map untuk Pemetaan Partisipatif Ekosistem Mangrove di Provinsi Banten

Serang, 16 September 2025. Ekosistem mangrove memiliki peran ekologis sangat penting dalam melindungi wilayah pesisir dari gelombang tinggi dan angin  kencang. Kawasan mangrove juga menjadi area pemijahan, daerah asuhan dan daerah mencari makan untuk berbagai spesies. Hubungannya dengan perubahan iklim, maka ekosistem mangrove memiliki kemampuan untuk menyerap karbon lebih baik dibandingkan ekosistem hutan lainnya sehingga dapat membantu mitigasi perubahan iklim. Kawasan mangrove yang baik juga menjadi habitat bagi berbagai jenis ikan, kepiting, burung, dan biota pesisir lainnya.

Upaya menjaga keberlanjutan dan rehabilitasi ekosistem mangrove di Provinsi Banten, khususnya pesisir Selat Sunda pasca tsunami tahun 2018 telah mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, antara lain melalui program Mangrove Blue Carbon hasil kerja sama antara Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI), PT. Asahimas Chemical (PT. ASC), Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan Yayasan Lestari Alam Kita (SALAKA). Kini, program ini juga mendapatkan dukungan teknologi melalui pemanfaatan OpenStreetMap (OSM) dalam pemetaan partisipatif kerja sama dengan HOT OSM Asia-Pacific. Program ini melibatkan kelompok masyarakat peduli mangrove, pemerintah daerah, akademisi, dan organisasi lingkungan untuk memetakan kondisi mangrove secara akurat dan terbuka.

Mangrove merupakan ekosistem yang saat ini telah menjadi perhatian berbagai pihak, khususnya untuk aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Upaya untuk melestarikan ekosistem mangrove perlu didokumentasikan secara up to date dengan memanfaatkan perkembangan teknologi, salah satunya dengan memanfaatkan OSM. Perkembangan aktivitas rehabilitasi mangrove dapat disampaikan oleh berbagai pihak melalui partisipasi dengan memanfaatkan berbagai tools atau platform yang ada di OSM. Demikian disampaikan oleh Prof. Adi Susanto sebagai ketua tim Mangrove Blue Carbon Provinsi Banten.

Harry Mahardika, selaku perwakilan HOTOSM Asia-Pacific menyampaikan bahwa pemilihan OpenStreetMap didasarkan pada sifatnya yang gratis, terbuka, dan kolaboratif, memungkinkan siapa pun untuk mengakses, memperbarui, dan memanfaatkan data spasial mangrove tanpa batas lisensi. OSM juga kompatibel dengan berbagai aplikasi GIS dan ponsel pintar, sehingga mempermudah proses pengumpulan data di lapangan dan memastikan keberlanjutan pemutakhiran data.

Toufik Alansar selaku Manajer Program Yayasan KEHATI menambahkan bahwa kolaborasi antar stakeholder sangat penting untuk dapat memastikan bahwa program Mangrove Blue Carbon memberikan manfaat yang nyata dan luas. Penerapan OSM pada ekosistem mangrove merupakan yang pertama dilakukan di Indonesia dan diharapkan dapat dikembangkan untuk pemetaan ekosistem atau isu  lainnya di masa mendatang.

Nendi Pebriadi, menyampaikan bahwa PT. ASC berkomitmen dan memberikan dukungan penuh terhadap keberlanjutan program Mangrove Blue Carbon. Pemanfaatan OSM telah memberikan manfaat yang signifikan terhadap pengelolaan program dan memberikan kemudahan untuk mendapatkan kemudahan dalam mengakses informasi yang up to date terkait pelaksanaan program.

Acara yang dibuka oleh Ketua Program Studi Ilmu Perikanan, Dr. Sakinah Haryati, S.Pi M.Si ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Teknologi OSM juga diharapkan dapat dimanfaatkan untuk  pelaksanaan tugas akhir atau skripsi bagi mahasiswa di program studi ilmu perikanan.

Program ini mendukung target Pemerintah Provinsi Banten untuk meningkatkan luas tutupan mangrove, melindungi habitat pesisir, dan memperkuat ketahanan wilayah terhadap dampak perubahan iklim. Data hasil pemetaan akan menjadi dasar dalam perencanaan zonasi, rehabilitasi, serta edukasi lingkungan bagi masyarakat luas.

Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten, komunitas OpenStreetMap Indonesia, dan kelompok masyarakat pesisir. Harapannya, model pemetaan ini dapat direplikasi di wilayah pesisir Indonesia lainnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *